Sabtu, 26 September 2015
2 Kakek
Pagi tadi gue menyapu halaman yang sudah lama tak terurus karena mama gak punya pembantu dan gue selaku anak bungsunya lah satu-satunya harapan buat bersihin halaman depan yang sudah kayak hutan jati.
Gue menyapu dengan khusyu karena pengen buru-buru kelar karena biasanya gue nyapu sambil nginjek-nginjekin semut rang-rang yang lewat atau sambil mungutin benda-benda tak terlalu berharga yang masih bisa diselamatkan, tadi pagi gue tidak melakukannya.
Gue sampai didekat tempat sampah samping rumah gue, disana ada dua orang kakek-kakek sekitar 60 tahunan yang sedang mengibir asik dengan rokok filter kretek yang menggantung dibibir, padahal hari pun belum genap jam 6 pagi.
Tanpa sengaja gue mendengar percakapan mereka, dua kakek berambut putih.
Kakek 1: "iya, saya itu kalo merokok suka batuk, cucu sampai komentar, tapi susah berhenti."
Kakek 2: "ayam memang kalo berkokok pagi itu susah berhenti."
Dari situ gue rada 'eh? lo pada kenapa anjir, dia ngomong apa lu jawab apa'. tapi gue gak mau ikut-ikutan, gue cukup mendengarkan dan menyimak pembicaraan mereka.
Kakek 1: "ayam? iya, dulu sebelum almarhumah, istri saya suka bikin opor ayam, masakannya enak sekali, bikin kangen"
Kakek 2: "hahaha kamu memang tukang makan, Joko, istri saya juga suka merokok"
Gue :"anjir, lo pada ngomng apa woy?", gue mulai lelah, tapi pembicaraan kakek-kakek itu mengusik lubuk keingin tahuan gue.
Kakek 1:"saya pake kartu im3 juga, sama kita berarti ya"
Kakek 2:"haha iya saya juga masih pakai istri saya, Man. meskipun sudah tua dia"
Gue:"hahaha bagus, Kek, jiwa mudamu masih ada rupanya", gue mulai menikmati ritme pembicaraan gak nyambung mereka, tebakan gue mereka sama-sama punya gangguan telinga akut.
Kakek 1:"ingat tidak waktu kita SMEA? si Puji itu?"
Kakek 2:"istri saya goreng pisang pagi ini, iya si Panji anak sulung yang belikan pisang uli ke pasar"
Kakek 1:"Puji sekarang cucunya 33 orang, kemarin saya ketemu dirumah sakit waktu cek darah"
Kakek 2:"hahaha.......iya dia masih besar masih saja minum susu, kok kamu bisa tau?"
Kakek 1:"masih ingat rupanya kamu?"
Kakek 2:"Man, ayo kiat sarapan. isrti sudah selesai masak kayaknya, pasti tidak ada yang masakin kamu toh dirumah?"
Kakek 1:"kita cerita memang tidak ada lagi yang bisa masak, padahal dulu pujikan masakannya yang paling enak, dia kena gula darah"
Kakek 2:"ayo ikut aku", kakek 2 berdiri dan menggandeng kakek 1. mereka sama-sama bungkuk, tapi juga sama-sama saling menguatkan, dan mereka berdua pun masuk kedalam, sambil tetap tertawa disela pembicaraan aneh mereka.
Gue terpekur, mereka masih bisa saling berbagi tawa padahal mereka saja tak megerti apa yang mereka bicarakan, sedangkan gue? kalau pembicaraannya gak sesuai sama apa yang gue mau gue berlalu pergi.
Gue belajar satu hal : "bahwa ketulusan itu ikhlas, dengan tawa"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar